-Bow-
Evaluasi
Ada sebuah kebiasaan unik yang selalu saya lakukan, selalu.. dan akhirnya hal tersebut menjadi sebuah hobi. Hal itu adalah, mengevaluasi diri sendiri.
Dan hobi tersebut, membuat saya menjadi lebih sering diam dan merenung, karena banyak sekali hal yang dapat di evaluasi, dan memang seru sekali!
Evaluasi itu mencakup banyak hal, seperti pasang surut yang terjadi dalam kehidupan saya, badai kehidupan yang menerpa, keajaiban dan mukjizat yang saya alami, berkat dalam bentuk apapun, progres saya dalam bisnis, asmara, dan tentu saja, yang paling penting.. jati diri.
Pertanyaan yang saya ajukan pada diri saya sendiri, biasanya dimulai dari kalimat seperti,
A. 5 tahun lalu saya ngapain ya?
B. 10 tahun yang lalu saya ngapain ya?
C. 5 tahun yang akan datang, apa yang ingin saya capai?
Lantas, berkembang menjadi,
D. Apakah saya puas dengan kondisi saat ini?
E. Apakah 5 tahun yang lalu saya menduga, bahwa sekarang kehidupan saya seperti ini?
F. Apakah saya berubah? Apanya yang berubah?
Dan jika saya memiliki banyak waktu, maka pertanyaan berikutnya menjadi,
G. Bagaimana hal tersebut bisa terjadi pada saya?
H. Bagaimana cara saya lolos dari hal tersebut?
I. Apakah saya berubah? Apakah perubahan tersebut positif?
J. Ada berapa wanita yang pernah menjalin asmara dengan saya? Siapa saja?
Dan lain lain.
Dan jawabannya terkadang membuat saya terkejut, walaupun yang dibahas adalah kehidupan saya sendiri.
Karena seringkali, dengan segala kesibukan yang kita alami, kita tidak sadar dengan apa yang telah kita lakukan, dan tidak memetik pelajaran dari peristiwa yang telah terjadi.
Dan itulah gunanya evaluasi.
Saya tahu, tentunya pertanyaan pertanyaan di atas akan memancing rasa penasaran akan jawabannya.
Namun marilah tidak kita bahas itu pada saat ini, karena akan menjadi terlalu panjang, dan beberapa sifatnya rahasia, alias Top Secret, terutama pertanyaan nomer J.
Sebagai gambaran sekilas, pada saat tulisan ini dibuat, usia saya mendekati 28 tahun dan 10 bulan.
Jadi, 5 tahun lalu usia saya 23 tahun 10 bulan (Tahun 2009 bulan April), dan 10 tahun lalu usia saya 18 tahun 10 bulan (Tahun 2004 bulan April).
Tentu saja, pertanyaan yang menarik adalah apakah saya masih ingat, peristiwa apa yang terjadi pada bulan tersebut di tahun tersebut? Apakah ada dari kita semua yang membaca tulisan ini, yang ingat, peristiwa apa yang terjadi di kehidupan kita masing masing?
Saya yakin.. hanya 10% nya saja yang akan ingat, 40% nya akan mencoba mengingat, namun gagal, dan 50% sisanya bahkan malas untuk mengingat ingat.
Sedikit cerita, 10 tahun lalu, pada tahun 2004 bulan April, saya masih kuliah, di Curtin University of Australia, dan menjalani kehidupan mahasiswa pada umumnya.
Saya adalah seorang mahasiswa yang gemar foya foya, tidak pernah bekerja (Pertama kali bekerja pada tahun 2005), hobi kebut kebutan, suka mencari perkara, suka bermain dengan asmara dan kurang patuh terhadap orang tua.
Luar biasa.. masa muda yang penuh warna.
Dan 5 tahun lalu, pada tahun 2009 bulan April, saya sudah pulang ke Indonesia dan menekuni dunia bisnis di bidang bengkel dan otomotif. (Pulang ke Indonesia pada awal tahun 2008)
Kebetulan, bulan April tahun 2009 adalah salah satu bulan yang bersejarah di kehidupan saya, karena terjadi lompatan yang cukup besar dalam petualangan saya di dunia bisnis.
Pada bulan April 2009, untuk pertama kalinya saya kongsi atau patungan usaha dengan teman teman.
Saya dan teman teman mengakuisisi sebuah tempat billiard yang lagi merugi, dan bersamaan pula dengan itu, bisnis Bursa HP saya dimulai.
Dalam 5 tahun, dari 2004 ke 2009, kehidupan saya berubah 180 derajat dari seorang mahasiswa yang terlalu menikmati hidup, menjadi seorang pemuda ambisius yang sangat workaholic.
Dan saya sangat bersyukur untuk hal itu.
Pertanyaan pertanyaan selanjutnya adalah perbandingan tahun 2009 dan 2014, dan apa yang ingin saya capai di tahun 2019.
Sejauh mana saya bisa membuat perbedaan dalam kurun waktu 10 tahun?
Dan seterusnya.. dan seterusnya.
Begitulah kira kira, proses evaluasi yang sudah menjadi hobi saya tersebut.
Singkat cerita, saya jadi sering berdialog dengan diri sendiri, dan selalu membuat catatan kecil akan perjalanan hidup saya.
Namun, hal tersebut ternyata sangat berguna.
Apa gunanya?
1. Kita dapat memantau progres kita, baik itu kemajuan maupun kemunduran.
2. Andaikan progres mengalami kemajuan, bagaimana cara membuatnya menjadi lebih pesat?
3. Andaikan progres mengalami kemunduran, kita sadar lebih awal, dan berusaha memperbaikinya.
4. Kita jadi lebih memahami diri sendiri, beserta segala perubahan sifat dan karakter kita.
5. Andaikan sifat dan karakter kita berubah, peristiwa apa yang merubah kita, sehingga kita menjadi orang yang seperti sekarang ini.
6. Kita dapat menentukan target kita, dan memantau, sejauh apa kita dari target tersebut secara berkala.
Dan lain lain.
Hal ini, terkadang saya share-kan dengan rekan rekan saya, walaupun saya yakin, hanya kurang dari 30% dari mereka yang mencoba melakukan evaluasi dalam kehidupannya, dan kurang dari 20% dari mereka yang melakukannya secara rutin.
Ketika lagi berkumpul bersama teman teman, tidak mungkin saya membahas hal ini secara panjang lebar, jadi pertanyaan yang saya ajukan hanya,
1. Ayo coba di ingat ingat, 5 tahun lalu kalian ini bagaimana? Kalian ngapain saja?
2. Kalau sekarang..?
3. Nah.. kira kira 5 tahun ke depan, kita pingin jadi orang yang bagaimana?
Hanya sebatas itu.. dan jawaban masing masing dari mereka, sungguh bervariatif.
Seorang sahabat saya di perantauan sewaktu masih di Australia, pernah memberikan nasihat yang menurut saya waktu itu sangat keren.
Sebagai figur yang beberapa tahun lebih tua dari saya, beliau menganggap saya seperti adiknya sendiri, dan sering sekali memberikan petuah dan nasihat.
Nasihatnya adalah:
- Ketika kamu kehilangan uang, tidak apa apa, tidak menjadi masalah. Ketika kamu kehilangan anggota keluargamu, itu baru menyakitkan. Tapi, ketika kamu kehilangan jati diri dan karaktermu, maka kamu telah kehilangan semuanya. -
Bagi saya waktu itu, nasihat itu terdengar sangat keren, tanpa saya tahu makna mendalam yang ada di baliknya. Pokoknya keren.
Bertahun tahun kemudian, setelah menimba lebih banyak pengalaman tentang hidup ini, saya memahami sesuatu.
Bahwa waktu, situasi, kondisi, tragedi.. dan lain lain... dapat merubah seseorang.
Tidak usah jauh jauh, bahkan orang terdekat kita, entah itu sahabat, pacar, istri, maupun suami, bisa dalam waktu yang sangat singkat tiba tiba berubah.
Dan sering sekali terjadi, baik itu di dalam film maupun di dunia nyata, kita berkata kepada orang terdekat kita tersebut, "Kamu berubah ya!"
Seolah kita tidak lagi mengenal figur yang seharusnya kita kenal dengan baik tersebut.
Aneh bukan?
Ada seseorang yang dulunya baik dan lembut, tiba tiba menjadi kejam dan sangat kasar.
Bagaimana seseorang yang dulunya begitu bejat dan brengsek, kini menjadi seorang pengusaha teladan yang dermawan.
Saya mempelajari bahwa hidup yang keras ini, dapat merubah seseorang, bahkan sampai ke dasarnya, sampai ke karakter fundamentalnya.
Dan.. periode 5 tahun adalah waktu yang lebih dari cukup bagi seseorang untuk berubah, baik itu positif maupun negatif.
3 minggu yang lalu, saya liburan bersama orang tua ke benua Eropa, berangkat tanggal 5 April, dan pulang tanggal 19 April.
Lebih dari sekedar liburan, banyak hal yang saya pelajari di sana.
Salah satu hal yang paling mengusik pikiran saya, adalah sejarah dari lukisan Leonardo Da Vinci, yaitu "The Last Supper."
Leonardo Da Vinci, adalah seniman legendaris asal Italia yang banyak menelurkan karya seni abadi yang luar biasa, Monalisa adalah salah satunya.
Dan salah satu karya seninya yang menuai banyak pujian adalah lukisan berjudul "The Last Supper"yang menggambarkan perjamuan terakhir Yesus beserta ke 12 orang muridnya, tepat sehari sebelum Yesus ditangkap dan disalibkan, yang diperingati oleh orang Kristen Katolik sebagai hari Kamis Putih.
Dan pada hari Kamis Putih tahun 2014, saya tepat berada di Vatican dan sempat mengikuti ibadah di dalam gereja tersebut, dan sekaligus mempelajari sejarahnya.
Lukisan "The Last Supper" selain menuai banyak pujian, juga menimbulkan banyak kontroversi tentang makna dan asal usul serta sejarahnya.
Salah satu versi sejarah tentang lukisan tersebut, sangat mengusik pikiran saya.
Lukisan Perjamuan Terakhir itu adalah lukisan Yesus dan ke 12 muridnya, yang artinya ada 13 orang dengan berbagai macam kharakter ada di dalam lukisan itu.
Sebagai seorang seniman yang perfeksionis, Da Vinci mencari figur model yang tepat untuk masing masing individu, sehingga lukisan itu akan tampak nyata, dan seakan memiliki ruh.
Da Vinci mulai melukis The Last Supper pada tahun 1495, dan butuh waktu bertahun tahun untuk menyelesaikan lukisan itu, dikarenakan sang maestro haruslah menemukan figur yang tepat sebelum melukis figur Yesus maupun ke 12 muridnya.
Singkat cerita, akhirnya Da Vinci menemukan sosok figur Yesus yang ideal. Seseorang yang memiliki ekspresi wajah yang damai, penuh cinta kasih, kalem, ramah dan tanpa dosa.
Dan Yesus, adalah figur pertama yang dilukis oleh Da vinci.
Bertahun tahun berlalu, namun lukisan The Last Supper tak kunjung selesai. Hal ini dikarenakan Da Vinci mengalami kesulitan untuk menemukan figur wajah yang sesuai untuk Yudas Iskariot yang telah mengkhianati Yesus.
Da Vinci mencari seseorang yang memiliki wajah yang kejam, jahat, licik, serakah dan penuh dosa untuk menggambarkan sosok Yudas Iskariot. Ternyata tidak mudah.
Akhirnya, setelah 10 tahun mencari, Da Vinci menemukan sosok tersebut di dalam sebuah penjara.
Ya, tentu saja, jika ingin mencari sosok yang jahat, penjara adalah tempat yang paling ideal. Banyak pilihan dan variasi yang dapat ditemukan.
Alhasil, si penjahat yang bersangkutan diminta oleh Da Vinci untuk menjadi model, dan mulailah sosok Yudas Iskariot dilukis.
Namun apa yang terjadi? Ternyata si kriminal tersebut malah menangis tersedu sedu, yang tentu saja menyulitkan proses Da Vinci dalam melukisnya.
Dan akhirnya percakapan terjadi, Da Vinci bertanya padanya apa yang membuatnya sampai sesedih itu.
Dan orang itu menjawab, "Tidakkah kau ingat aku? 10 tahun yang lalu, kau melukisku, dan aku adalah orang yang kau pilih untuk menjadi sosok Yesus."
Menakutkan bukan? Ternyata, sosok Yesus dan Yudas Iskariot di dalam lukisan The Last Supper, dilukis berdasarkan wajah orang yang sama, namun dengan kharakter yang sangat berbeda.
Orang tersebut, pada awalnya memiliki ekspresi wajah yang damai, penuh cinta kasih, kalem, ramah dan tanpa dosa, sesuai kriteria Yesus.
Dan hanya dalam waktu 10 tahun, orang yang sama tersebut, memiliki ekspresi wajah yang kejam, jahat, licik, serakah dan penuh dosa, sesuai kriteria wajah Yudas Iskariot.
Apa yang terjadi padanya dalam kurun waktu 10 tahun itu? Hanya Tuhan yang tahu.
Yang jelas, kehidupan yang keras telah merubah total kharakternya hingga 180 derajat.
Kebenaran cerita ini, saya tidak bisa memastikan, namun andaikan cerita ini benar, sungguh hal itu sangat menyedihkan.
Bagaimana kesibukan kita, kehidupan yang kita jalani, dunia yang begitu keras, dapat menghilangkan cinta dan kasih dalam diri kita, dan bahkan merubah diri kita hingga ke bagian yang paling dasar.
Tepat seperti nasihat sahabat saya, ketika kamu kehilangan jati diri dan karaktermu, maka kamu telah kehilangan semuanya.
Saya semakin bersyukur, bahwa saya selalu meluangkan waktu untuk melakukan evaluasi akan hidup saya.
Sebagai manusia normal, saya selalu berusaha untuk berubah menjadi lebih baik, lebih sukses.. dengan segala mimpi dan ambisi yang saya miliki.
Namun andaikata nasib berkata lain, dan takdir menyeret saya kedalam keterpurukan, ketika dendam dan benci menguasai akal sehat saya, bukan tidak mungkin kharakter saya akan berubah menjadi sangat jelek dan tidak menyenangkan.
Dan proses evaluasi yang terlihat membosankan dan membuang waktu tersebut, mungkin akan sangat berguna.
Proses evaluasi dan catatan kecil yang selalu saya buat itu, akan membantu saya untuk menyadarkan diri sendiri akan siapa saya, dan bagaimana kharakter saya sebelum bencana menimpa saya.
Bersamaan dengan hampir berakhirnya ulasan saya ini, saya berharap bahwa pengalaman dan pembelajaran hidup yang saya alami, dapat berguna bagi para pembaca sekalian.
Dan sebagai penutup, saya punya kalimat mutiara, yang saya simpan rapat rapat di dalam otak saya.
- When you were a kid, your character was built by your surroundings. But a real man, would build the character of his surroundings. - R.P.
- Ketika kita masih anak kecil, kharakter kita dibentuk oleh lingkungan kita. Tapi seorang pria sejati, akan membentuk kharakter lingkungan di sekitarnya. - R.P.
Dan sebagai penutup, sekali lagi saya berharap semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca.Mohon maaf bila ada ejaan yang salah, ataupun jika tulisan ini tidak enak dibaca. Karena memang bukan profesi saya sebagai penulis, namun saya mencoba untuk terbiasa.
Terima kasih.
Reilly Prabowo.